 |
Kebun Lontar (siwalan) |
www.sman1pamotan.sch.id - Selasa (03/09), Kegiatan Tim Karya Ilmiah Remaja kami berlanjut ke tempat penghasil air nira lontar dan buah siwalan. Disinilah pembuatan gula merah berlangsung. Kali ini eksplorasi dilakukan di Desa Pranti, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang. Sebelumnya, Tim Karya Ilmiah Remaja juga mengeksplor pembuatan gula merah di brak tebu di kecamatan yang sama.
Baca Juga : Gula Merah di Brak Tebu
 |
SMAPA Quadigris Documenta (tim dokumentasi) |
Eksplorasi kali ini meneliti keunikan pohon lontar sekaligus pemanfaatannya. Mulai dari penanaman, proses mengambil air nira lontar, hingga pembuatan air nira lontar menjadi gula merah. Kami mendapatkan cerita unik dari pemilik kebun lontar ini loh, mau tau?? SCROLL DOWN NOW!!!
 |
Pak Sumadi Pemilik kebun lontar di desa Pranti, Sulang |
Pak Sumadi (49 tahun) mengaku bahwa sebelum memulai usaha sebagai petani pohon lontar, awalnya beliau percaya bahwa ada pohon lontar yang tidak berbuah. Dianggapnya semua pohon lontar akan menghasilkan air nira dan berbuah siwalan. Akhirnya karena penasaran, beliau mencoba menanam beberapa bibit, dan ternyata dari seluruh bibit yang ditanam, tidak semuanya berbuah, dan tidak semuanya bisa di panen.
Dikarenakan pohon ini merupakan cerminan perasaan pemiliknya. Apabila dalam hati pemilik tidak tentram, maka dalam memanen hasilnya tidak maksimal. Jadi,
Hati Tentram Usaha Lancar. Sungguh kuasa Ilahi.
Musim panen nira pohon lontar terjadi diantara bulan Agustus hingga November. Nira pohon lontar dapat dipanen 2 kali dalam sehari. Dalam sekali panen mampu menghasilkan berliter-liter air nira (legen).
 |
Petani pohon lontar sedang memanen air nira atau yang disebut legen |
Pernah terjadi kasus penjual nira lontar yang memberikan pemanis pada nira legen ini, karena rasa aslinya yang sedikit asam. Tapi jangan khawatir, masih banyak kok penjual yang menjual versi originalnya. Dari warna airnya, bisa diketahui mana air legen original dengan yang KW.
Nira lontar yang masih original warnanya putih kekuning-kuningan,tidak bening, sedikit rasa asam dan mengandung sedikit soda didalamnya. Kalau yang sudah diberi campuran pemanis warnanya bisa putih bening (seperti tanpa kaca wkwk :v) rasanya juga dominan manis, dan hampir tidak memiliki kandungan soda.
 |
Buah Siwalan |
Selain nira legen, pohon lontar juga menghasilkan buah, yang mana buah ini cukup terkenal di kawasan Pantai Utara. Namanya Buah Siwalan. Buah ini banyak diminati masyarakat khususnya daerah Rembang dan sekitarnya. Buah ini rasanya yang manis,dalamnya terdapat air yang segar dan bertekstur kenyal menjadi cita rasa tersendiri bagi buah satu ini.
 |
Makrfin, pendamping kami yang sedang memegangi buah siwalan pohon lontar |
Bagi masyarakat Pranti, saat musim panen pohon nira, ibaratkan Panen Duik. Karna dalam satu kebun yang siap panen, bisa menghasilkan ratusan liter nira legen dan ratusan buah siwalan yang bisa dijual langsung ke konsumen. Dan sebagian ada yang dibuat gula merah. Ia adalah Ibu Yasmi, pembuat Gula Merah di Desa Pranti.
 |
Ibu Yasmi sedang mencipitakan cetakan gula merah dari daun lontar di dapur rumahnya |
Teknik pembuatan gula merah dari nira legen ini didapatkan secara turun temurun. Pertama Ibu Yasmi memasukkan nira legen ke panci besar, kemudian direbus diatas tungku api.
 |
Tungku Ibu Yasmi yang ada di dapur rumahnya |
Tungku tradisional ini masih menggunakan kayu bakar dari pelepah pohon lontar. Semua bagian pohon lontar sangat bermanfaat dalam pembuatan gula merah ini.
 |
saya, Aulia Risma Azzahra sedang mengaduk nira legen yang direbus untuk dijadikan gula merah |
Pembuatan gula merah dari nira legen ini, menurut ibu yasmi biasa dimulai pukul 8 pagi hingga 12 siang dalam setiap harinya. Pembuatan gula merah ini membutuhkan waktu sekitar 4 jam.
Kedua adalah ubuk ubuk. Ubuk-ubuk artinya mengaduk hingga larutan mengental diatas tunggu api. Tidak lama kemudian Ibu Yasmi memberikan sejumput gula pasir yang digunakan untuk proses akhir untuk menjadi gula merah, sebagai proses yang
ketiga.
 |
Proses mencetak Gula Merah dengan cetakan daun lontar |
Untuk cetakan gula merah ini sendiri sangat unik dan tradisional, yang biasanya orang Sulang menyebutnya Kerek. Cetakan Kerek adalah alat cetak dari daun lontar yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai ikat pinggang sehingga diameter gula bisa diatur sesuai dengan selera.
 |
Inilah Gula Merah yang dicetak dengan kerek |
Untuk penjualan gula merah, Ibu Yasmi membanderol dengan harga 15-23 ribu rupiah per kilonya. Dijual ke tengkulak, pabrik jamu, hingga pemilik pabrik kecap yang membutuhkan gula merah. Dengan gula merahnya, Ibu Yasmi berhasil menyekolahkan 5 anaknya hingga lulus perguruan tinggi semua.
 |
inilah tim KIR SMA Negeri 1 Pamotan, Dari kiri Rio, Wulan, Bu Yasmi, Saya, Ali |
Penulis : Aulia Risma Azzahra, siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Pamotan
Penyelaras : Suhadi
Dokumentasi lain bisa ditemukan dibawah ini 👇🏻
Fotografer : M. Satrio Pratama
Aulia Risma Azzahra
M. Syukur Ali Ma'ruf
 |
mas Rio bersama Bapak Sumadi |
 |
Ibu Yasmi di dapur rumahnya |
 |
Panci penggodokan gula merah |
 |
Kerek, alat pencetak gula merah dari daun lontar |
 |
Saya, Risma sedang belajar mencetak gula merah di alat cetakan tim KIR SMA Negeri 1 Pamotan |
 |
Rio sedang menenteng bumbung nira pohon lontar |
 |
Ibu Yasmi sedang membuat kerek gula merah |
 |
Kerek sedang ditata rapi |
 |
Ini saya sedang memegangi kerek |
 |
Ibu Yasmi sedang mencetak gula merah |
Post a Comment