Dari Polibag ke Pengetahuan: Menumbuhkan Budaya Pertanian Organik di Sekolah
Pada suatu hari yang cerah, sekelompok siswa berbondong-bondong menuju pelataran yang mengarah ke Ruang Pamer. Setiap siswa membawa kantong plastik yang tampak berat. Setelah mendekat, terlihat bahwa kantong-kantong tersebut berisi polibag berukuran sedang. Isi dalam polibag tersebut bukanlah barang sembarangan, melainkan campuran bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik.
Salah satu siswa, dengan antusias, menjelaskan bahwa ia membawa media tanam untuk kegiatan pembelajaran Sosiologi yang digelar di sekolah. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa bisa belajar bagaimana membuat pupuk organik dengan bahan-bahan alami, sesuai dengan konsep pertanian berkelanjutan yang menekankan pada keberlanjutan lingkungan. Tanah merah yang subur, pupuk kandang, arang sekam, sekam padi, dan basahan dari air leri yang digunakan dalam campuran media tanam ini adalah contoh nyata dari upaya untuk mengembalikan nilai-nilai pertanian yang ramah lingkungan.
Media tanam tersebut rapi terjejer di sepanjang sisi pelataran, tepat di depan dan sebelah ruang pamer. Keindahan sederhana yang ditawarkan oleh tanaman-tanaman dalam polibag ini sangat terasa. Di dalamnya, beragam jenis tanaman tumbuh dengan harapan yang besar: cabai, tomat, terong, dan berbagai tanaman lain yang tidak hanya memberikan pelajaran tentang pertanian, tetapi juga memperkenalkan siswa pada keterkaitan antara ekosistem dan pola konsumsi yang lebih sadar akan alam.
Siswa-siswa ini tidak hanya belajar tentang pertanian, tetapi mereka juga belajar tentang hubungan sosial dalam proses produksi pangan. Dalam kegiatan ini, mereka bukan sekadar menanam, tetapi juga mengamati bagaimana proses-proses alam berinteraksi—dari bahan organik yang digunakan, hingga bagaimana tanaman-tanaman ini berkembang dan memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Melalui pertanian organik, mereka mendalami nilai-nilai gotong royong dalam merawat lingkungan serta pentingnya keberagaman dalam pola makan sehari-hari.
Dengan adanya deretan tanaman ini, suasana sekolah pun berubah. Keindahan visual yang dihasilkan dari tanaman yang tumbuh dengan subur menciptakan suasana yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga menenangkan. Sekolah kini bukan hanya sekadar tempat untuk belajar teori, tetapi juga menjadi ruang yang menghargai proses-proses alami yang terjadi di sekitar kita, sambil memberikan kesadaran pada generasi muda tentang pentingnya pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Penulis: Suhadi
Post a Comment